Membuka...

Materialisme Crime Control Justice

Secara personal, diluar teks dan konteks, maka saya melihat ironi dari Marx (menurut saya) adalah bahwa filsafatnya terbentuk dari peristiwa yang ditangkap oleh inderanya di masa kecil, bahkan hingga figur Hegel & Feuerbach ditirunya melalui keterikatannya dengan Engels, membutuhkan sahabatnya itu untuk berdialog dan memberontak sangat subjektif sebetulnya.

Paparan dialektikanya mengalir terlalu linear dengan idea dan pengalaman serta trauma masa kecilnya belaka.

Pandangannya terhadap agama juga dipengaruhi oleh politik praktis dalam beragama dari ayahnya.

Tapi bagi Marx tentu mengikuti pemikiran Hegel yang beranggapan bahwa rasionalitas dan kebebasan merupakan sebuah nilai tertinggi.

Disini, entry point dari keberhasilan materialisme dalam melakukan penetrasi massive sistemik dan bertahap adalah HAM (hak asasi manusia), oleh karena itulah Amerika, Eropa dan sebagian Asia justeru merupakan negara pencipta hantu materiil yang mana sekaligus dapat bertahan dengan pengembangan sosialisme dan sekaligus menerapkan standar ganda.

Ternyata, pada titik ini Nietsche dengan baik menangkap Marx melalui figur Zarathustra.

Materialisme Marx berarti bahwa kegiatan dasar manusia adalah kerja sosial. Berdasarkan teori Feuerbach bahwa kenyataan akhir adalah obyek indrawi yang harus dipahami sebagai kerja atau produksi.

Dialektika "sejarah" mengacu pada Hegel menyangkut perjuangan kelas-kelas untuk mewujudkan dirinya mencapai kebebasan/emansipasi, berubah dan maju sesuai perubahan alam yang dikelola.

Sosialisme Marx berdasarkan pada penelitian syarat-syarat obyektif perkembangan masyarakat. Marx menolak pondasi sosialisme pada pertimbangan-pertimbangan moral. Menurutnya sosialisme terwujud bila syarat-syarat obyektif penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi terpenuhi, dan keadaan tersebut harus diciptakan.

Marx membagi kelompok manusia dalam 4 kelas, namun nyatanya cuma ada 2, manusia atas yang beruntung & manusia bawah yang menjilat.

Bandingkan dengan Kierkegaard dengan eksistensinya ternyata justeru mempertajam idea dasar objektivitas materialistik, menemukan kesepakatan diam-diam dari materialisme semu akibat (potensi) menolak eksistensi lain.

Cuius regio, eius religio, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin, artinya adalah: "Siapa memerintah, agamanya dianut."

Inilah yang ditakuti oleh Marx dalam prinsip materialisme-nya, padahal itu milik monarki yang mana hal ini merupakan kestimewaan bagi raja yang ditetapkan pada Perdamaian Augsburg, 1555.

Kaum pandir & oblomov juga menduga Kierkegaard sepaham dengan adagium Credo quia absurdum yang berarti "Saya percaya karena mustahil", padahal tidak.

Kritik cerdas Kierkegaard mengungkap dialektika, karakter, cara kerja, agitasi, kekasaran anomalistis & praktek politik secara praktis dari kaum Hegelian yang materialistik dengan "hubungan sosial semunya", sebagai berikut.

"Apa yang tidak sesuai dengan konsensus umum berarti tidak obyektif dan tidak benar.

Pada titik ini, masyarakat jatuh dalam bahaya budaya massa yang kemudian dipengaruhi atau dipupuk oleh berkembangnya media massa yang dengan mudah, murah, dan efektif membentuk opini-opini publik.

Budaya massa semacam ini pertama-tama berpengaruh negatif bagi moral manusia sebagai individu.

Budaya massa mengakibatkan demoralisasi.

Artinya, budaya massa cenderung menyeragamkan suara hati dan mengurangi tanggungjawab individu. Budaya massa sekaligus memiliki karakteristik publik. Padahal figur publik adalah sesuatu yang kabur, garang.

Ia adalah segala hal sekaligus bukan apapun juga. Ia adalah kekuatan yang paling berbahaya namun disaat yang sama juga sebagai sesuatu yang paling tak bermakna.

Orang bisa saja bicara atas nama publik tapi publik itu tetap bukan sosok nyata siapapun.

Publik itu identitas semu, konsep abstrak, tak berwajah dan tak bernama.

Publik bukanlah suatu generasi, bangsa, paguyuban atau pun masyarakat karena dalam publik tidak ada seoang pun yang mempunyai komitmen sungguhan.

Seharusnya, Kierkegaard pun ditempatkan sebagai pembaharu sosialisme, bukan malah dianggap berlawan hanya karena prinsip moral dan keimanan (kesalehan) justeru ia memberikan bentuk sosialisme menuju pemikiran yang moderat.

Dengan kata lain, Kierkegaard menunjukkan bahwa agama adalah peletak dasar kekuatan sosialisme agar eksistensinya dapat diterima oleh banyak manusia, dengan agama justeru kelas-kelas akan hilang dan berubah menjadi pengetahuan akan penempatan diri, ini akan menyempurnakan banyak proses karena adanya kesepahaman dari dalam keluar dan dari luar akan menenangkan situasi didalam.

Tidak mungkin Kierkegaard berkeras dengan subjektivitas, oleh karena dia sendiri menemukan kebenaran justeru secara objektif, dan sifat subjektif manusia sebagaimana yang ditemukannya memang nyata terjadi, relevan dan berkembang dalam kepentingan hidup mereka saat ini, saling menjilat.

Menurut Kierkegaard, persoalan-persoalan praktis sehari-hari itulah yang konkrit dan menjadi persoalan eksistensial manusia.

Kierkegaard tidak hanya mengkritik Hegel tetapi bahkan dia berhasil membaca karakter hidup manusia secara umum yang berinteraksi secara semu, Kierkegaard menemukan dialektika sosialisme, sejarah dan materialisme yang justeru dikembangkan juga melalui kesepahaman tidak sadar atau diam-diam, demi keuntungan dan keselamatan eksistensial.

Dialektika Hegel sebenarnya cuma nama lain atau adaptasi dari Metode Socrates belaka, dimana proses dialektis dalam pemikiran Hegel merupakan produk dari realitas pengalaman hidup sehari-hari melalui dialog dengan orang lain, persis seperti Socratic Methode yang merupakan bentuk penelaahan filosofis dengan mengeksplorasi implikasi dari posisi lawan bicara untuk merangsang munculnya pemikiran rasional dan gagasan baru.

Søren Kierkegaard menyatakan bahwa adalah tidak mungkin manusia mendapatkan pengetahuan tentang Tuhan, dan karenanya jalan pikirannya adalah: "Jika aku dapat memahami Tuhan secara objektif, maka itu bukan iman; namun karena aku tidak bisa memahami itulah, aku beriman."

Itupun masih belum tepat karena yang Kierkegaard tulis adalah, "jika aku dapat menangkap Tuhan secara objektif, aku tidak akan percaya, tapi justeru karena aku tidak dapat melakukan inilah maka aku harus percaya."

Kierkegaard menyadari bahwa rasio akal tidak mampu menjangkau Tuhan, dia objektif karena bisa menerima kelompok yang mempunyai konsensus tentang itu, dan mempertimbangkan kedalam filsafatnya.

Kembali Kierkegaard berhasil menyatakan dialektika hak-hak kodrati yang secara vis a vis berbeda dengan HAM.

Bila dikatakan bahwa Kierkegaard terlalu linear karena kesalehan membuatnya pasif itu kesimpulan yang tidak benar, karena bahkan dia mengkritik kehambaran gereja Lutheran Denmark yang orang sebut mapan.

Kierkegaard menguraikan kritik sejarah materialisme Hegelian melalui sisi kesalehan sehingga dalam waktu yang sama bahkan sekaligus meredam pemberontakan kerja Feuerbach, Kierkegaard secara moderat dapat lebih menjabarkan sisi sosialismenya dalam pemikiran yang toleran, dipertemukannya materi dengan forma dan secara hati-hati menemukan titik lebur antara potensi dengan actus, memecahkan skeptisme di dalam dan tidak terhenti pada aksioma karena secara terbuka eksistensi itu dinamis.

Secara objektif menguraikan subjektivitas manusia secara materiil dan relevan, ini klasik - magnum opus menurut saya.

Dalam sastra bila Kierkegaard beraliran romantik-melankolik maka Marx adalah histeria-sentimental.

Menurut Marx agama adalah kedok dan tuhan adalah produk pemikiran manusia tidak ada bedanya dengan produk idea materialis-nya, disinilah titik atheistiknya.

Prakteknya di Indonesia, tanggal 13 Januari 1965, dua sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) menyerang dan menyiksa peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan pelajar wanitanya, dan juga merampas sejumlah Mush-haf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injaknya.

Marx berpendapat bahwa selain agama, tanda keterasingan lain adalah Negara, mengisolasi manusia dari hakikat sosialnya, karena jika saja manusia tersebut tidak terasing, agar manusia mau bersifat sosial, tidaklah diperlukan Negara.

Komunis memang tidak mengenal agama, banyak figur agama berideologi komunis, agar dapat memberangus 'produk' itu dari dalam.

Dalam hukum, ada teori causalitas adequate, ada hubungan sebab-akibat saling erat mempengaruhi, komunis berhadapan dengan realitas sosial yang menjadi penghalang, dalam konteks negatif dan a contrario komunisme tidak pernah mau kompromi, akan tetapi - ada perbedaan dengan negara dimana komunis bertahan, yaitu perbedaan entitas fenomenal agama yang dihadapinya.

Ketika materialisme sosialis mengatakan bahwa kerja untuk hidup dengan capaian titik tertinggi, maka agama menyatakan letakkan pekerjaan dan penuhi panggilan ibadah agar tenang dan selama dari jeratan kelas-kelas dari interaksi semu.

Dan ketika materialisme menganggap bahwa alam dan manusia saling mempengaruhi perubahannya semakin maju, Marx lupa bahwa manusia butuh sejarah dan pengetahuan yang bertambah - bukan berganti - karena dialektika mendasarkan kepada tesa, antitesa dan sintesa yang terus berputar, karena itulah dia bisa menemukan Hegel, begitu juga Kierkegaard.

Berbeda dengan kesalehan yang mengelola alam dengan bijak tidak hanya untuk kepentingan manusia akan tetapi juga mahluk lainnya, hidup bersama alam, juga sama berinteraksi dengan alam karena itu merupakan kemestian.

Ketika lagu genjer-genjer membius banyak kepala untuk kehilangan logika dan imagine yang dinyanyikan John Lennon menyentuh perasaan hingga membuang jauh unsur penting kesalehan.

Lalu saya pertanyakan penerapan pemikiran Marx atas penolakan pondasinya terhadap pertimbangan moral, tentu muncul skeptisme negatif yang tidak menyediakan waktu untuk idea lainnya, pemaksaan keras.

Dan wajar saja sebagai contoh konfrontasi ganas sosialis komunis di Indonesia dalam prakteknya terjadi pada tanggal 18 Oktober 1965, PKI menyamar sebagai Anshor Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshor Kecamatan Muncar untuk pengajian.

Saat Pemuda Anshor Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, lalu dibantai dan jenazahnya dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa / Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. 

Lalu komunis diberangus, tapi - menanggapi polemik sejarah kelam komunisme di Indonesia banyak sudah yang terprovokasi sejarah a contrario oleh karena itu menurut saya, "siapa bilang para simpatisan dan anggota partai komunis Indonesia dihukum tanpa melalui proses peradilan?"

Justeru dalam hukum, azas sidang sederhana, cepat dan biaya ringan itu terlaksana.

Ini sepadan dengan penolakan komunisme atas agama, maka kita ikuti linear juga dengan penolakan atas HAM yang mematikan kodrat alamiah.

Eye for an eye, menurut ajaran mereka agama itu candu, maka adil sudah tidak perlu HAM.

Inilah juga yang disebut crime control justice, abaikan pressumption of innocence karena itu jugalah inti doktrin hukum dalam materialisme, sama berbagi.

Di Indonesia, rupanya paham komunis sejak lama berinkubasi diluar induknya yang mati suri, terkubur sendiri.

Negara-negara di Eropa dan Amerika (tempat berkembangnya teori dan doktrin Marx) mungkin juga sebagian Asia sedang menunggu keberadaan masyarakat tanpa negara yang mempunyai wilayah subur dan strategis namun bebal.

Beranda